Lensawaktu.com
Beranda Fotografi Update Sensor Foveon Full-Frame dari Sigma: Kapan Akan di Rilis?

Sensor Foveon Full-Frame dari Sigma: Kapan Akan di Rilis?

Sensor Foveon Full-Frame

Sensor Foveon Full-Frame – Sigma, salah satu produsen kamera dan lensa terkemuka di dunia, telah mengumumkan sejak tahun 2018 bahwa mereka sedang mengembangkan sensor Foveon full-frame, sebuah teknologi yang berbeda dari kebanyakan yang digunakan oleh kamera digital saat ini. Namun, hingga kini, sensor tersebut belum juga mendapatkan titik terang untuk di luncurkan. Apa sebenarnya sensor Foveon full-frame dari Sigma itu, dan mengapa pengembangannya mengalami banyak kendala?

Apa itu Sensor Foveon full-frame dari Sigma?

Sensor Foveon full-frame dari Sigma adalah sensor gambar yang menggunakan struktur tiga lapis
Sensor Foveon full-frame dari Sigma adalah sensor gambar yang menggunakan struktur tiga lapis (Gambar: PetaPixels.com/Kamera Foveon Full-Frame Sigma)

Sensor Foveon full-frame dari Sigma adalah sensor gambar yang menggunakan struktur tiga lapis, di mana setiap lapisan hanya merekam cahaya biru, hijau, dan merah secara berurutan. Dengan demikian, setiap piksel pada sensor dapat menghasilkan informasi warna penuh, tanpa perlu mengandalkan proses demosaik yang digunakan oleh sensor konvensional dengan pola filter Bayer. Sensor Bayer, yang terdiri dari susunan filter warna merah, hijau, atau biru di atas setiap foto sensor, harus mengisi celah warna yang hilang dengan memeriksa piksel tetangga. Sensor Foveon diklaim dapat menghasilkan gambar yang lebih tajam, detail, dan akurat warnanya, dengan resolusi yang setara dengan sensor Bayer yang memiliki jumlah piksel tiga kali lipat.

Sigma telah menggunakan sensor Foveon untuk beberapa kamera DSLR dan mirrorless mereka sejak tahun 2002, tetapi selama ini sensor tersebut hanya tersedia dalam ukuran APS-C atau lebih kecil. Pada tahun 2018, Sigma mengumumkan bahwa mereka sedang mengembangkan sensor Foveon full-frame, yang akan menjadi Sensor pertama yang memiliki ukuran yang sama dengan film 35mm. Sensor ini diharapkan dapat menghasilkan gambar yang setara dengan sensor Bayer 60 megapiksel, dengan resolusi 20 megapiksel pada setiap lapisan warna. Sensor ini juga akan menjadi bagian dari kamera mirrorless Sigma yang menggunakan mount L, yang kompatibel dengan lensa-lensa dari Leica dan Panasonic.

Kendala didalam Pembuatan

Kendala didalam Pembuatan Sensor Foveon full-frame Sigma
Kendala didalam Pembuatan

Namun, pengembangan sensor Foveon full-frame dari Sigma tidak berjalan mulus. Sigma menghadapi berbagai tantangan, baik dari segi arsitektur piksel, metode pembuatan, maupun kerjasama dengan mitra pembuat sensor. Sigma sempat mengganti mitra pembuat sensor dari Amerika ke Jepang pada tahun 2020, dan harus memulai kembali proyek tersebut dari awal. Selain itu, pandemi COVID-19 dan kelangkaan silikon juga memperlambat proses komunikasi dan produksi. Sigma pun harus menunda peluncuran Sensornya tersebut beberapa kali, dan hingga saat ini belum ada tanggal pasti kapan sensor tersebut akan siap.

CEO Sigma, Kazuto Yamaki, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan PetaPixel pada Februari 2024, bahwa pihak Sigma masih berada di tahap dua dari tiga tahap pengembangan. Pada tahap ini, Sigma sedang membuat prototipe sensor yang sedikit lebih kecil dari full-frame, tetapi menggunakan arsitektur piksel yang sama dengan produk akhir. Yamaki mengatakan bahwa prototipe tersebut diharapkan dapat tiba pada pertengahan tahun 2024, dan jika tidak ada masalah lain, Sigma dapat melanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu mencapai kesepakatan dengan mitra pembuat sensor. Namun, Yamaki juga mengakui bahwa tahap ini adalah tahap yang paling menantang, karena Sigma belum menemukan mitra pembuat sensor yang tepat. Yamaki bahkan tidak menjamin bahwa apa yang mereka lakukan ini akan benar-benar terwujud.

Meskipun demikian, Yamaki dari Sigma tetap optimis dan berkomitmen untuk mewujudkan yang telah mereka laksanakan, karena ia percaya bahwa sensor tersebut dapat menciptakan foto-foto yang indah dan mengesankan, terutama jika ada cukup cahaya. Yamaki mengatakan bahwa Sensor kamera dari Sigma ini bukanlah sensor yang serba bisa, karena memiliki kinerja yang kurang baik dalam kondisi cahaya rendah. Namun, Yamaki berharap bahwa sensor Foveon full-frame dari Sigma dapat menjadi pilihan bagi para fotografer yang mengutamakan kualitas gambar dan ekspresi artistik.

Sensor Foveon full-frame dari Sigma merupakan salah satu proyek yang paling ditunggu-tunggu oleh para penggemar fotografi, karena menawarkan teknologi sensor gambar yang unik dan berpotensi menghasilkan gambar yang luar biasa. Namun, proyek ini juga menghadapi banyak rintangan dan ketidakpastian, yang membuat peluncurannya menjadi sangat tertunda. Kita hanya dapat berharap bahwa Sigma dapat mengatasi semua kendala tersebut, dan segera memperkenalkan hasil Sensor dari Sigma ke dunia.

Komentar
Bagikan:

2 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan